Mylife
DEPRESI PADA REMAJA

Depresi pada remaja nggak bisa dianggap enteng. Karena depresi pada remaja bisa ngakibatin rasa sedih berkepanjangan, kehilangan semangat untuk beraktivitas, dan yang paling parah bisa ngakibatin kehilangan semangat untuk hidup.
Did you know, depresi yang kita alamin sejak remaja akan mempengaruhi pola pikir, apa yang kita rasain dan juga gimana kita bertingkah laku. Hal ini bisa nimbulin nggak cuma masalah emosi tapi juga fisik. Depresi pada remaja seusia kita bisa muncul kapan aja, makanya penting banget buat tahu pemicu dan gejalanya seperti apa supaya tau solusinya bagaimana.
PENYEBAB DEPRESI PADA REMAJA
Ada banyak alasan yang bisa nyebabin kita depresi. Dari masalah akademik, sosial, bahkan keluarga sendiri bisa jadi pencetusnya. Apalagi kalo kenyataan nggak sesuai sama ekspektasi. Dikutip dari Mental Health America, when things go wrong at school or at home, teens often overreact. Kita cenderung akan berpikir kalo hidup itu nggak adil, nggak berjalan sama apa yang kita mau, dan pada akhirnya hal ini jadi bikin kita bingung. We feels conflicted and don’t know what to do.
Apalagi dengan banyaknya tekanan dan saran atau opini yang kita terima –tentang apa yang harus dan tidak kita lakukan- pun seakan-akan bikin kita kayak nggak punya pendapat sendiri, kasarnya sih berasa nggak didengerin. Padahal remaja kayak kita butuh bimbingan orang dewasa untuk bisa mengerti perubahan emosi dan fisik yang kita alamin ketika puber.
Ketika emotional kita terganggu, kita jadi nggak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kalo udah begini, remaja butuh bantuan serius.
TANDA ATAU GEJALA DEPRESI
Tanda dan gejala depresi bisa berbeda-beda di tiap remaja, tapi menurut Mayo Clinic bisa terlihat sebagai berikut
PERUBAHAN EMOSIONAL
- Sedih tanpa ada alasan jelas
- Feeling hopeless or empty
- Frustasi, marah-marah biarpun sama hal kecil
- Hilang minat terhadap apapun (hobi, aktivitas sehari-hari, teman, keluarga) bahkan nggak jarang kita terlibat konflik sama mereka.
- Low self-esteem
- Merasa bersalah, nggak pede, dan worthless
- Self-blame and self-criticism
- Ekstra sensitif terutama kalo merasa ditolak atau ngadepin kegagalan
- Kesulitan buat berpikir sehingga susah buat mutusin sesuatu
- Berpikir tentang kematian dan ada keinginan untuk mengakhiri hidup (DANGER!)
PERUBAHAN PERILAKU
- Nggak bersemangat
- Insomnia, atau terlalu banyak tidur
- Perubahan nafsu makan (tiba-tiba meningkat atau menurun)
- Suka ngerasa cemas dan terlihat nggak nyaman
- Lambat
- Sering ngeluh sakit, entah itu pusing atau badan kaku dan sering excused untuk istirahat
- Mengisolasi diri sendiri dari kehidupan sosial
- Nggak memperhatikan penampilannya
- Angry outburst and overreaction. Tiba-tiba ‘meledak’ dan sensi apalagi kalo dikritik sedikit
- Self-harm and thinking about death (DANGER!)
WHAT TO DO
Yang musti diingat, depresi nggak bisa disembuhin kalo kita sembunyiin dan berusaha sendirian. Depresi butuh moral support dari lingkungan di sekitar kita. Kalo kita melihat atau bahkan mengalami tanda-tanda di point sebelumnya, jangan disimpan sendiri. Bicarakan dengan orang dewasa (orang tua, kakak, sahabat atau siapa pun). Jangan ragu untuk meminta pertolongan.
Ini yang bisa kita lakukan kalo kita mengalami depresi:
- Bicarakan dengan orang tua, jangan takut dan malu. Biar gimana orang tua kita harus mengetahui apa yang kita alamin.
- Cari pertolongan atau reach out to close friend.
- Kalo kita nggak punya seseorang yang bisa kita ajak ngobrol, datangi psikiater atau hubungi komunitas dimana kita bisa curhat, contohnya seperti komunitas Into The Light. Kita bisa kontak ke social media atau email intothelight.email@gmail.com
Dan ini yang bisa kita lakukan kalo kita melihat ada teman atau seseorang yang depresi:
- Datangi mereka duluan. Jangan tunggu sampe mereka yang datang dan membuka diri ke kita, karena biasanya orang yang depresi justru akan menutup diri mereka. Kalo pertama mereka menutup diri, bersabarlah dan terus ada di sisi mereka.
- Jangan paksa mereka untuk ngomong. Orang yang depresi nggak bisa gitu aja langsung membuka diri dan ngomong apa yang kekuatirannya. Jadi kitalah yang harus sabar, and be there for them. Kalo pun mereka nggak ngomong apa-apa, usahain kirim chat penyemangat. Don’t give up on them for they might have given up too.
- Jadilah teman yang bersedia mendengarkan mereka, bukan jadi seorang terapis. Be personal, kalo perlu cerita sedikit apa yang kita alamin yang related dengan masalah mereka. Let them know kalo kita juga pernah struggle, dan berhasil ngelewatinnya. Makanya dia juga pasti bisa. Ingat, jangan berbohong! Hal ini malah akan bikin mereka tambah down kalo tau kita berbohong.
- Setiap orang yang depresi punya alasannya masing-masing. Jangan menyamaratakan. Se-aneh dan se-nggak rasionalnya alasan tersebut, kita nggak akan pernah ngerti apa yang mereka laluin. Tapi ini nggak ngubah fakta mereka depresi dan sedang struggling karenanya.
- Jangan berasumsi. Apalagi berasumsi mereka baik-baik aja padahal nggak. Ketika kita ngebantu teman yang depresi, means we are dedicated for them, bukan sekedar asal lewat.
- Last but not least, kalo mereka udah berhasil ngelaluin masalahnya jangan ngingetin mereka tentang hal tersebut. Jangan sekali-kali ngangkat topik atau hal yang pernah bikin mereka menderita. Kalo pun kita tahu atau denger teman yang lain bahas, be straight atau ubah topik ke hal lain. Seseorang yang depresi memang pada akhirnya bisa menerima kelemahan dirinya dan hidup dengan dirinya yang baru, tapi bukan berarti dia akan segitu gampangnya ngebahas hal yang pernah bikin dia menderita. Be considerate!
Foto: shutterstock