Perubahan hormon di tubuh sebenarnya hal yang wajar. Tapi kalau terus-terusan, hormon yang nggak seimbang justru bisa berpengaruh ke siklus mentruasi (haid) kita. Apa aja?
Tubuh kita bergantung banget sama yang namanya pada hormon, zat kimia yang dihasilkan tubuh secara alami, dan diproduksi melalu kelenjar endokrin. Hormon yang dikeluarkan juga bermacam-macam dan punya efek tertentu pada aktifitas organ-organ tubuh, yang berpengaruh sama fisik, psikologis, dan juga reproduksi termasuk mengatur siklus menstruasi (haid) kita. Dan di dalam tubuh perempuan, ada 5 hormon yang mempengaruhi hormon reproduksi kita, yang saling berkaitan satu sama lain.
Supaya bisa berfungsi dengan baik, tubuh kita butuh kadar hormon yang tepat. Kalau salah satu atau beberapa hormon diproduksi terlalu banyak atau terlalu sedikit, pastinya bakal terjadi ketidakseimbangan dan bisa ngasih efek yang cukup signifikan di tubuh kita, mulai dari munculnya jerawat, kerontokan rambut, berat badan naik, dan juga perubahan pada siklus menstruasi (haid) kita. Cek yuk, apakah kita termasuk yang mengalami ketidakseimbangan hormon?
EFEK #1 – HAID NGGAK TERATUR
Normalnya, menstruasi (haid) biasanya datang setiap 21 hingga 35 hari, dan berlangsung selama 3-10 hari. Tapi kalau hormon estrogen dan progesterone kita lagi nggak di level yang imbang, kita mungkin banget mengalami menstruasi (haid) yang nggak teratur, mulai dari siklus yang mundur atau maju terlalu jauh, atau bahkan nggak mengalami siklus menstruasi (haid) sama sekali dalam beberapa bulan. Menstruasi (haid) yang nggak teratur juga bisa dialami oleh remaja yang baru masuk masa puber dan mengalami menarche atau menstruasi pertama kali karena tubuh masih beradaptasi sama hormon reproduksi yang baru muncul, atau perempuan yang usianya sekitar 40 atau awal 50 tahun sebagai tanda premenopause. Tapi kalau di usia remaja dan dewasa muda seperti kita mengalami menstruasi (haid) yang nggak teratur, dan itu sering terjadi, kita harus segerakan cek ke dokter buat menganalisa keseimbangan hormon kita. Bisa jadi ada potensi masalah kesehatan seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau sebab lainnya sehingga siklus menstruasi (haid) kita nggak teratur.
EFEK #2 - BAD MOOD
Nggak cuma berpengaruh sama kondisi tubuh, hormon yang nggak seimbang juga bisa mempengaruhi kita secara psikologis lho! Biasanya saat menjelang menstruasi (haid), kita akan mengalami yang namanya PMS atau Premenstrual Syndrome, dan hormon reproduksi kita yaitu estrogen dan progesteron di dalam tubuh lagi mengalami perubahan. Hormon estrogen yang meningkat di masa ini bisa mempengaruhi kerja serotonin, dopamin, dan norepinefrin yang dikenal sebagai senyawa kimia yang memengaruhi fungsi otak yang mengontrol emosi. Nggak jarang, ketidak seimbangan ini bikin kita jadi gampang bad mood, sedih, marah-marah dan jadi gampang tersinggung. Di tahap yang parah, seseorang bisa mengalami Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), keadaan yang lebih dari sekedar mood swing, tapi bisa memicu depresi berkepanjangan. Selengkapnya bisa dilihat pada artikel Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) berikut ya!
EFEK #3 - KELELAHAN
Ngerasa badan kita lelah setelah ngelakuin aktivitas seharian sebenarnya wajar banget terjadi. Dengan istirahat yang cukup, biasanya tubuh kita bisa kembali segar. Tapi kalau kelelahan yang berlangsung terus-menerus dan nggak kunjung membaik dengan istirahat aja, bisa jadi tubuh kita lagi mengalami ketidakseimbangan hormon yang jadi pemicunya. Waspada lho, kelelahan kayak gini juga bisa nyebabin burnout yang pada akhirnya mengarah ke depresi.
Kelelahan yang nggak berangsur pulih biasanya disebabkan oleh kelebihan hormon progesteron yang bikin tubuh jadi gampang lelah dan selalu mengantuk. Makanya nggak jarang saat kita lagi mengalami siklus menstruasi, tubuh kita jadi cenderung lemas, cepat ngantuk, dan gampang lelah.
EFEK #4 – NYERI PERUT
Nggak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron juga berpengaruh nih sama nyeri perut yang sering kita rasakan saat menstruasi (haid), dan ini salah satu penyebab utama nyeri haid yang kita rasakan tiap bulan. Hal ini dikarenakan hormon estrogen yang terlalu tinggi, sehingga nimbulin rasa sakit dan tegang di area otot rahim. Saat ketidakseimbangan hormon ini terus menerus dibiarkan, hormon estrogen yang tinggi bisa memicu Endometriosis, penyakit yang menyerang sistem reproduksi perempuan, yang mana jaringan dalam lapisan dalam dinding rahim (endometrium) tumbuh di luar rongga rahim, dan ini rasanya sakiiiit banget!
EFEK #5 – DARAH HAID KELUAR SEDIKIT
Walaupun siklus menstruasi (haid) perempuan nggak selalu sama, darah haid yang keluar terlalu sedikit bahkan nggak keluar sama sekali di saat siklus menstruasi (haid) bisa jadi tanda kalau ada ketidakseimbangan hormon di tubuh kita. Kondisi ini juga biasa disebut dengan hypomenorrhea. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena stres, karena faktanya, stres bisa memicu hormon kortisol yang bikin kerja hormon estrogen jadi terganggu. Saat hormon estrogen menurun drastis (yang harusnya terjadi di hari-hari akhir masa menstruasi (haid), di saat itulah volume darah yang keluar juga jadi lebih sedikit, bahkan terhenti.
EFEK #6 – MENINGKATNYA BERAT BADAN KARENA NAIKNYA NAFSU MAKAN
Bingung kenapa angka timbangan nggak pernah turun padahal udah diet, bisa jadi karena hormon kita nggak seimbang. Tingginya level hormon estrogen, kortisol, insulin, dan rendahnya level hormon thyroxine bisa menyebabkan ekstra belly fat. Biarpun mungkin aja kita makannya (merasa) sedikit.
EFEK #7 – SUHU BADAN MENINGKAT
Beberapa hormon di tubuh kita mengatur suhu tubuh. Ketika hormon nggak seimbang, kulit kita jadi berkeringat, ngerasa kepanasan bahkan bisa dalam tahap 'lebay', padahal udaranya nggak gitu panas-panas amat. Biasanya ini terjadi ketika masuk masa kehamilan, atau haid kita udah mau menuju masa perimenopause.
EFEK #8 – MASALAH PENCERNAAN
Hormon reproduksi (terutama hormon estrogen) bisa berpengaruh ke mikroflora di dalam usus, yang bisa menyebabkan usus jadi ngerasa nggak nyaman. Sakit perut, kembung, diare, mual saat menstruasi (haid), well... you name it!
Efek estrogen ini di usus ini, menurut para ahli, bisa dibilang sebagai penjelasan kenapa perempuan lebih rentan terkena sindrom usus besar (Irritable bowel syndrome) daripada laki-laki.
Foto: Shutterstock, Rawpixel, Freepik