MY LOOKS
MY BODY
MY LIFE
WHAT'S NOW
I AM FAST 3000
SOFTEX FOR UNICEF
FIRST PERIOD
PRODUCT
My Life
MY LIFE

5 Stereotip Cewek Yang Masih Melekat di Masyarakat

5-stereotip-cewek-yang-masih-melekat-di-masyarakat

“Udah nggak usah sekolah tinggi-tinggi, ntar juga ujung-ujungnya kerja di dapur”

"Cewek tuh harus tinggal di rumah, jangan keluar-keluar" 

"Jangan pinter-pinter, ntar gak ada cowok yang mau!"

Pernah mendengar kalimat di atas? Atau mendengar kata-kata stereotip lainnya buat cewek yang udah dari lama banget melekat di masyarakat padahal itu salah banget.

Yup, berbicara soal cewek, rasanya banyak banget stereotip  yang sedikit banyak bikin kita jadi tersudut, bahkan sampai jadi penghalang untuk mengejar mimpi dan passion kita.

Padahal nggak bisa dipungkiri, di luar tampilan fisik dan kodrat yang kita punya, potensi cewek juga seharusnya bisa diperhitungkan untuk bisa setara dengan para cowok. Kebayang kan betapa terbantunya para cowok apabila kita juga punya porsi hak yang sama, serta saling membantu atas kewajiban yang bisa diemban sesuai kebisaan masing-masing. Karena pada dasarnya, kita adalah manusia yang diciptakan Tuhan dengan karakter yang unik dan kemampuan yang berbeda-beda lho! Jadi, rasanya kurang adil kalau cewek mendapat penilaian-penilaian berikut yang sebenernya keliru untuk terus ada di masyarakat.

 

5-stereotip-cewek-yang-masih-melekat-di-masyarakat

1. CEWEK NGGAK PERLU BERPENDIDIKAN TINGGI

Anggapan kalau cewek nggak perlu berpendidikan tinggi ini mungkin jadi salah satu stereotip paling umum yang pernah kita dengar. Padahal, berpuluh-puluh tahun lalu R.A Kartini susah payah memperjuangkan agar perempuan bisa punya hak yang setara dalam mendapat pendidikan. Dan kalimat “ujung-ujungnya akan jadi ibu rumah tangga” atau “nanti nggak laku” harusnya nggak menghalangi seorang cewek untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi.

First thing first, perempuan bukanlah barang jualan yang harus disebut dengan istilah ‘laku’. Kedua, selalu anggaplah kalau pendidikan adalah investasi yang bisa dimiliki siapa saja.

Bayangin jika seorang perempuan kelak akan menjadi ibu rumah tangga, ia akan menghabiskan sebagian besar waktunya bersama sang anaknya. Ibu yang teredukasi dengan baik pastinya juga akan mementingkan pendidikan anak agar bisa jadi sosok yang cerdas. Jadi apapun latar belakang dan tujuannya, pendidikan yang tinggi bukan hanya milik sebagian kaum, tapi semua orang punya hak sama untuk bisa pintar dan cerdas.

 

2. CEWEK HARUS BISA MEMASAK DAN PEKERJAAN RUMAH

5-stereotip-cewek-yang-masih-melekat-di-masyarakat

Kekeliruan dari stereotip yang kedua adalah menempatkan perempuan wajib banget untuk bisa masak, dan harus pinter melakukan pekerjaan rumah seperti menjahit, mengepel, beres-beres rumah dan sebagainya. Nggak jarang, anggapan ini kadang bikin banyak perempuan yang ngerasa insecure saat nggak punya keahlian ini. Seakan-akan, ia terlahir gagal karena nggak punya kemampuan apa-apa di dapur dan rumah tangga.

Padahal bisa ataupun nggak bisa masak, sebenernya nggak akan mengurangi value kita sebagai perempuan. Kita tetep cewek kok!

Keep in mind kalau memasak, menjahit, dan sebagainya itu sama seperti kegiatan lain yang membutuhkan bakat, passion, dan ketekunan untuk bisa mahir melakukannya. Tentunya kalaupun kita nggak bisa karena nggak mahir dan nggak suka, ya nggak akan mengubah kita menjadi kurang perempuan. Kalaupun nanti dapat pasangan yang lebih mahir di bidang itu, bertukar peran pun sebenarnya nggak harus jadi masalah.

 

3. CEWEK NGGAK BISA PINTAR MENYETIR

5-stereotip-cewek-yang-masih-melekat-di-masyarakat

Pernah nggak mendengar (atau bahkan nggak sengaja mengucapkan) kalimat “pasti yang nyetir cewek nih” saat melihat pengemudi kendaraan yang kurang lihai di jalan? Well, kalau iya berarti kamu udah kemakan stereotip itu sendiri.

Padahal menyetir, atau kegiatan apapun nggak ada hubungannya dengan gender, melainkan keahlian dari seseorang yang udah terbiasa dan suka melakukan hal tersebut. Banyak kok contoh konkrit kalau banyak perempuan yang bisa menyetir dengan baik dan tertib pada peraturan. Sayangnya, stereotip cara nyetir yang jelek masih suka nempel dan nggak jarang dijadikan bahan lucu-lucuan dan kekesalan tiap kali ketemu di jalan.

 

4. CEWEK NGGAK BISA JADI PEMIMPIN

5-stereotip-cewek-yang-masih-melekat-di-masyarakat

Anggapan ini sebenarnya lahir dari penilaian kalau perempuan pasti selalu akan melibatkan emosi dalam mengambil keputusan, nggak tegaan, dan sulit banget untuk objektif. Sedangkan dalam memimpin, dibutuhkan sosok yang bisa berpikir secara logis dan terstruktur.

Padahal, nggak semua gaya kepemimpinan harus dipukul rata layaknya sosok dingin. Pemimpin yang baik justru nggak hanya dilihat dari ketegasannya, tapi juga banyak aspek yang justru sering dimiliki perempuan, misalnya rasa simpatik yang tinggi, detail terhadap suatu masalah, dan penuh pertimbangan. Buktinya, udah banyak lho pemimpin perempuan, baik di bidang usaha sampai ke pemerintahan, yang justru tertangani dengan baik dan sukses.

 

5. CEWEK HARUS MENIKAH DAN PUNYA ANAK

5-stereotip-cewek-yang-masih-melekat-di-masyarakat

Seringnya sindiran dan bercandaan soal ‘ngejomblo’ tiap kali terliat obrolan mungkin jadi satu faktor kenapa stereotip cewek harus berkeluarga (or at least punya pasangan) jadi momok hingga sekarang. Rasanya kalau nggak punya pendamping, perempuan langsung dianggap nggak lengkap dan belum jadi perempuan seutuhnya. Belum lagi setelah menikah, nggak akan berhenti dibombardir dengan pertanyaan soal anak, persalinan, dan banyak hal lain yang kadang melahirkan ceramah dan celotehan panjang lebar saat jawaban kita nggak sesuai harapan.

Chill girls, menikah dan memiliki anak adalah hak dari setiap perempuan, dan karena itu kita juga berhak memilih untuk melakukannya atau nggak. Memiliki pasangan mungkin menyenangkan, tapi baiknya kita belajar dulu untuk mencintai diri sendiri, supaya nantinya nggak ada perasaan ketergantungan pada orang lain untuk membuat diri bahagia.

5-stereotip-cewek-yang-masih-melekat-di-masyarakat

Karena gara-gara Stereotip ini, nggak sedikit perempuan yang akhirnya tercebur dan bertahan di hubungan yang nggak sehat, abusive, hanya karena ingin lingkungan melihatnya memenuhi syarat dari stereotip tersebut. Kalau kamu belum siap untuk melakukannya atau bahkan belum dapet-dapet saat udah mengharapkannya, ya nggak perlu terburu-buru. Jadi single dan mau fokus untuk ngembangin karir pun juga gak salah lho. Lagipula jodoh dan anak itu sama seperti rezeki, kita bisa mengusahakannya tapi Tuhan pasti memberikannya di saat yang benar-benar tepat!


Foto: Shutterstock

Prev
Next

Bagikan artikel ke :