MY LOOKS
MY BODY
MY LIFE
WHAT'S NOW
I AM FAST 3000
SOFTEX FOR UNICEF
FIRST PERIOD
PRODUCT
What's Now
WHAT'S NOW

Wash Manajemen Kebersihan Menstruasi UNICEF

Apakah kamu tahu kalau akses ke WASH (water, sanitation, and hygiene) di insitusi seperti sekolah dan pusat kesehatan masih jadi tantangan besar di Indonesia?

 

Hanya sepertiga sekolah di Indonesia yang punya fasilitas kebersihan dasar, sementara sisanya bahkan gak punya akses kebersihan, masih banyak toilet claki-laki dan perempuan yang digabung sehingga bikin siswa perempuan jadi gak nyaman.

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, satu dari tiga perempuan berusia 15-24 tahun yang belum menikah gak pernah membicarakan tentang kesehatan reproduksi (termasuk masalah Manajemen Kebersihan Menstruasi atau MKM) dengan orang lain. Penelitian formatif yang dilakukan UNICEF tahun 2015 pun nemuin kalau anak perempuan dan perempuan dewasa, terutama yang tinggal di pedesaan, masih berjuang untuk nge-manage menstruasi (haid) secara higienies karena kurangnya akses ke bahan menstruasi (haid) yang terjangkau dan sustainable.

Bahkan, 1 dari 10 anak perempuan dan perempuan dewasa di sana masih pakai bahan menstruasi (haid) yang bisa dipakai ulang, namun sebagian besar terbuat dari bahan yang gak higienies seperti kain bekas.

 

PROJEK DARI SAUDARI

Sejak bulan Desember 2019, Kimberly-Clark Softex Indonesia bekerja sama dan mendukung program WASH dan aktivitas Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) UNICEF di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Provinsi Papua. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan perilaku kebersihan buat anak perempuan yang kurang beruntung. Yang akan membantu mereka supaya tetap bersekolah, meningkatkan kesehatan, hasil belajar, juga menghindari coping mechanism yang berbahaya. Program ini sekaligus upaya mengintegrasikan dan meningkatkan MKM ke dalam program pemerintah.

 

AKTIVITAS WASH DAN MANAJEMEN KEBERSIHAN MENSTRUASI SELAMA DESEMBER 2021 – MARET 2022

Penasaran kayak apa aja sih aktivitasnya? Yuk intip detailnya di bawah!

 

NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

 

Di NTT, UNICEF berkolaborasi dengan PMI dan Wahana Visi Indonesia (WVI) dengan cara memberikan training mengenai Manajamene Kebersihan Menstruasi (MKM) ke para guru dan juga pihak sekolah, supaya mereka menyadari pentingnya MKM dan bisa memfasilitasi kebutuhan tersebut di sekolah untuk para murid. Aktivitas di NTT berhasil mencapai 44 sekolah dan 2,200 murid.

 

 

SULAWESI SELATAN

Di Sulawesi Selatan, UNICEF bekerja sama dengan Yayasan LemINA, beberapa guru dan sekolah otoritas setempat dengan memberikan orientasi serta training buat para guru dari 20 sekolah dan madrasah. Yang mana, para guru nantinya akan mengenalkan tentang program MKM ke murid kelas 4, 5, dan 6. Selain itu, UNICEF juga melibatkan peran orang tua dengan mengadakan workshop khusus untuk mereka. Supaya mereka lebih aware dan mengerti tentang MKM, terutama yang berkaitan dengan mitos.  Ada sekitar 200 orang tua yang berpartisipasi di dalam workshop ini.

 

Dalam sekala nasional, UNICEF membagikan MKM Kits ke 20 sekolah dan madrasah. MKM Kits ini terdiri dari pembalut, 20 kaca, 20 tempat sampah, dan 20 boks sabun tangan. Total ada sekitar 5,457 murid yang mendapatkan MKM Kits dan masih digunakan dengan baik sampai sekarang.

 

 

PAPUA

Sementara di Papua, UNICEF berkolaborasi dengan Universitas Cendrawasih untuk penelitian dan inovasi untuk mencari bahan-bahan kebersihan menstruasi (haid) yang terjangkau dan sustainable untuk anak perempuan dan perempuan dewasa di pedesaan Papua.

 

 

CERITA IBU PUJI MENGHILANGKAN TABU MENSTRUASI DI SEKOLAH

Bukan cuma negara yang mengalami tantangan tentang Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM), tapi juga para guru yang terjun dan bertemu langsung dengan para murid. Salah satunya Ibu Ruhayah yang akrab dipanggil Ibu Fuji, Guru SDN 45 Biringbalang, Takalar Regency, Sulawesi Selatan.

Ibu Fuji cerita kalau para muridnya sangat ragu-ragu untuk membahas menstruasi (haid) secara terbuka. Hal ini bukan tanpa sebab, karena menstruasi (haid) masih dianggap topik yang sensitif, bahkan tabu. Ini alasan terbesar kenapa kurangnya pendidikan dan pengetahuan seputar menstruasi.

 

 

Untunglah dengan diadakannya forum diskusi grup, para murid perempuan juga laki-laki akhirnya mengerti tentang menstruasi (haid). Asmaul Husna (12), salah satu peserta grup diskusi bilang kalau dia baru saja dapat haid pertamanya bulan lalu. Ketika melihat noda darah di panty, Husna bilang dia sama sekali gak panik ataupun takut karena udah tahu apa yang harus dilakukan. Belajar MKM bikin dia jadi lebih pede dan siap ngadepin menstruasi (haid) pertamanya.

 

Sama seperti Husna, Zairullah Arif (12) siswa laki-laki juga cerita keuntungannya belajar MKM. Sebagai laki-laki, dia jadi mengerti apa yang harus dia lakukan ketika melihat teman perempua mengalami bocor atau tembus ketika haid. “Sebagai cowok, aku gak seharusnya mengejek mereka. Sebaliknya aku harus tetap sopan dan respek.”

 

Melihat kemajuan para muridnya memahami menstruasi (haid), Ibu Fuji berharap semoga para guru yang lain bisa ikut membantunya menyebarkan pentingnya manajemen kebersihan menstruasi, bukan cuma di dalam sekolah tapi juga luar sekolah.

 


 

Foto: UNICEF Indonesia dan. Yayasan LemINA

Prev
Next

Bagikan artikel ke :